Cari

Selasa, 09 Agustus 2016

PERANG ANTARA IRAK DAN IRAN TAHUN 1980-1988 (PERANG TELUK I)
  1. Septian Adi Hananto                       (29)
  2. Sri Agung Wisnu Wardhani            (30)
  3. Wasis Singgih Sasono                     (31)


Irak Iran ini terjadi pada 22 September 1980 . Perang ini terjadi karena dari kedua belah pihak saling memperebutkan haknya atas apa yang sudah diklaim oleh masing-masing negara. Selain itu perbedaan ideologi antar kedua belah pihak juga sangat berpengaruh. Perang ini juga menerlibatkan negara-negara di Timur Tengah dan menyebabkan produksi minyak menurun. Dan dengan menurunnya produksi minyak di kawasan ini ikut menyeret keterlibatan dua kekuatan super power yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan segala akibatnya. Kawasan Teluk Persi menjadi pusat perimbangan kekuatan global karena terjadinya perang itu.
A.    Latar Belakang atau Penyebab Terjadinya Perang Teluk I
Adapun berbagai penyebab terjadinya perang antara Irak dan Iran, adalah:
1.       Sengketa yang masih terkait dengan sejarah kedua belah negara yang tak pernah akur.
2.       Perbedaan orientasi politik luar negeri. Sampai beberapa waktu yang lalu Irak adalah Pro Uni Soviet, dan Iran adalah Pro Barat.
Persengketaan wilayah yang dianggap penting oleh Irak dan Iran
  1. Persengketaan Sungai Shatt Al Arab[1], Karena letaknya yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran. Sebelum perang antara kedua negara meletus, pada tahun 1975 sempat meredakan ketegangan antara kedua belah pihak karena berkat perjanjian Algiers[2].
  2. Provinsi Khuzestan yang kaya minyak. Pada tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh Inggris. Dengan begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka masing-masing.[3]
Munculnya Revolusi Islam oleh Iran
Pada masa Khomeini Irak menjadi sasaran yang pertama, karena di Irak minorotas Sunni  menindas Syiah dan Kurdi yang secara etnik linguistic dekat dengan bangsa Persi. Selain itu Khomeini menaruh dendam terhadap rezim di Bagdad yang pada tahun 1978 mengusirnya dari Irak karena dia berkampanye melawan pemerintah Shah. Sehubungan dengan itu pemerintah Iran menghasut umat Syiah dan Suku Kurdi di Irak untuk memberontak dan merebut kekuasaan serta membentuk suatu republic Islam menurut pola Republik Islam Iran. Dilain pihak Bagdad menghasut minoritas Kurdi di Irak untuk mendukung minoritas Arab dalam memperjuangkan otonominya, dan membantu sejumlah jendral Iran dan pengikutnya Bakhtiar di pengasingan untuk menyusun kekuatan guna menumbangkan kekuasaan Khomeini.
Irak di bawah kendali Saddam Hussein dan  Partai Baath memiliki ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah yang menjadi bahan sengketa dengan Iran dan menambah sumber minyak Irak.
Percobaan pembunuhan terhadap pejabat Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana menteri Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut dan  mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak. Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.[5]
Penyebab khusus terjadinya Perang Teluk I antara lain:
a.       Adanya serangan granat pada tanggal 1 April 1980 terhadap wakil Perdana Menteri Irak Tariq Aziz yang diduga bertanggung jawab atas aksi-aksi survesi terhadap Iran.
b.      Adanya pengusiran ribuan keturunan Iran oleh Saddam, serta melancarkan serangan yang sengit terhadap pribadi Khomeini dan membatalkan perjanjian Algiers. Sedangkan Menlu Iran Shodeh Godzadeh berjanji untuk menumbangkan rezim Baath yang berkuasa di Irak serta memutuskan hubungan diplomatic.
c.       Kedua negara saling menempatkan pasukan masing – masing di daerah perbatasan dalam jumlah yang cukup besar.
d.      Terjadinya perang pers dan media masa antar kedua belah negara.
e.       Pada 17 September 1980, presiden Saddam Hussein membatalkan Perjanjian Algiers tahun 1975 karena pada waktu itu Saddam Hussein merasa bahwa Perjanjian Algiers tidak adil untuk Irak. Kemudian Iran melihatnya sebagai pernyataan perang pada 20 September 1980.
Tahap perang
1. Tahun 1980, Penyerbuan oleh irak
Pada tanggal 22 September irak melancarkan serangan udara di 10 pangkalan udara yang terdapat di Iran, Irak mnggunakan strategi yang dilakukan Israel dalam perang 6 hari. Karena gagal sehari kemudian, Irak melakukan serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti dari serangan tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan & Shatt al- menguasai front utara (Qasr-e Shirin) & front tengah (Mehran). Bulan November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota penting yang strategis di Iran selatan, Shabadan & Khorramshahr. Dalam penyerbuannya itu, pasukan Irak mendapat perlawanan sengit dari pasukan Pasadan (Garda Revolusi) Iran. Kedua kota tersebut akhirnya berhasil dikuasai Irak pada tanggal 10 November 1980.
2. 1982: Titik Balik Mudurnya Irak
Titik balik bagi Iran terjadi pada bulan Maret 1982 dalam operasi militernya di bawah kode sandi "Operasi Kemenangan yang Tak Dapat Disangkal" (Operation Undeniable Victory). Dalam operasi militer itu, pasukan gabungan Pasadan-Basij milik Iran berhasil menembus garis depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap tidak bisa ditembus & memecah pasukan Irak di utara & selatan Khuzestan sehingga pasukan Irak terpaksa mundur.

3. Tahun 1982-1988 : Penyerbunan oleh Iran
Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan". Keberhasilan Iran memukul balik Irak & berbalik menjadi negara penyerbu mengakibatkan Presiden AS Ronald untuk membantu Irak sejak tahun 1982.
4. 1984-1988: Perang Tanker
Tahun 1984, Irak - yang baru mendapat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari Perancis - melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran & mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak.

5. 1987-1988: Ikut Campurnya Amerika Serikta
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta bantuan pihak internasional pada tahun 1986. Uni Soviet  yang merespon dengan mengirimkan kapal-kapal lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987. Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang Irak-Iran sebenarnya disebabkan karena kapal perangnya, USS Stark, ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak meminta maaf kepada AS sambil mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan & permintaan maaf Irak diterima oleh AS. Ironisnya, sesudah insiden itu AS justru menyalahkan Iran dengan alasan Iranlah yang menyebabkan peperangan semakin berkobar. Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran & menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker Kuwait berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April 1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran. Tanggal 3 Juli 1988, kapal perang AS, USS Vincennes, menembak jatuh pesawat sipil Iran sehingga seluruh penumpang & awak pesawatnya tewas. AS berdalih bahwa pasukannya salah mengira bahwa pesawat sipil tersebut adalah pesawat tempur Iran karena tidak mengidentifikasikan dirinya ke kapal perang sebagai pesawat sipil & pesawat tersebut berada di perairan umum. Klaim AS tersebut dibantah oleh Iran & sumber independen lainnya seperti bandara Dubai bahwa pesawat tersebut sudah mengidentifikasikan dirinya ke kapal AS sebagai pesawat sipil melalui radio & pesawat itu masih berada di perairan Iran.
6. Tahun 1988: Gencatan Senjata dan Pasca Perang
Antara bulan April hingga bulan Agustus 1988, arah pertempuran mulai kembali ke arah Irak di mana Irak berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik Iran & menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya minyak. Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB 598 & secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada tanggal 20 Agustus 1988
a. Dampak Negatif yang Ditimbulkan :

1. Dalam Bidang Ekonomi :
- Perekonomian Irak mengalami kehancuran serta terkena blokade ekonomi dan sanksi dari PBB
- Kerugian besar bagi kedua belah pihak, dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS.
- Jumlah kerugian lebih besar harus ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk menambah persenjataan.
- Pembangunan ekonomi di kedua negara menjadi terhambat dan ekspor minyak kedua negara terganggu.
- Produksi minyak yang menurun drastis mempenagruhi perekonomian dunia, khususnya bagi industri-indstri di dunia Barat dan Jepang.
- Ladang minyak dari kedua negara mengalami kerusakan, untuk Irak di daerah Kirkuk, Basra dan Fao, sedangkan untuk Iran mengalami kerusakan di pulau Kharg dan Abadan.
2. Dalam Bidang Sosial :
- Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang.
- Perpecahan di negara Arab menimbulkan rasa tidak nyaman dan suasana kehidupan sehari-hari yang tegang dan tercekang yang disebabkan adanya perperangan.
- Irak yang menuduh Iran terlibat dalam percobaan pembunuhan terhadap Deputi Perdana Menteri Irak sehingga langsung mendeportasi ribuan warga Syi’ah berdarah Iran keluar dari Irak.
3. Dampak Bidang Politik :
- Amerika Serikat semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah.
- Adanya sikap anti USA dari pihak Irak (Amerika Serikat).
- Proses jalannya pemerintahan di kedua negara menjadi kurang efisien dan terhambat karena adanya perang ini.
4. Dampak Bidang Kemiliteran :
- Banyak korban peperangan ini tidak hanya dari non sipil namun juga dari kemiliteran di kedua negara yang banyak tewas dan luka-luka serta cacat fisik dalam peperangan ini.
- Banyak persenjataan dan alat-alat kemiliteran yang digunakan pada peperangan ini rusak berat atau bahkan tidak dapat digunakan lagi.

Daftar pustaka
  1. http://nurulzullaeqa.blogspot.co.id/2014/06/perang-antara-irak-dan-iran-tahun-1980.html
  2. http://emhasejarawan.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-tentang-perang-irak-iran.html


0 komentar:

Posting Komentar