Pengerahan Massa/ Rakyat dan Eksploitasi Sumber Daya Alam Masa Pendudukan Jepang
anggota kelompok :
- Argayoga Laksana S (04)
- Diza Wahyu A (09)
- Hasan Hendratmoko (14)
- Migrananto Ridho N (19)
- Puspasari Wahyu N (24)
- Septian Adi Hananta (29)
Sadar bahwa posisinya dalam menghadapi
Perang Asia Timur Raya, pemerintah Bala Tentara Jepang berusaha untuk
menarik simpati bangsa Indonesia dengan berbagai cara :
1. mengklaim dirinya sebagai saudara tua
bangsa Indonesia yang datang untuk melepaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman
penjajahan Belanda
2. memperdengarkan lagu Indonesia Raya
dengan intensitas yang sering pada siaran radio Tokyo
3. membebaskan para tokoh pemimpin bangsa
Indonesia yang diasingkan oleh Belanda, seperti ; Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta
4. melakukan propaganda Gerakan Tiga A
5. melarang penggunaan bahasa Belanda dan
mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia dalam percakapan resmi
Berbagai bentuk cara pemerintah bala
tentara Jepang untuk menarik simpati bangsa Indonesia pada masa awal
kedatangannya di Indonesia, cukup mendapat sambutan yang baik dari bangsa
Indonesia, apalagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa sangat percaya
pada “Jongko Joyoboyo” (Ramalan Joyoboyo) yang menyebutkan akan datangnya “Jago
wiring kuning cebol kepalang soko wetan” yang akan berkuasa di Jawa seumur
jagung.
Namun kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya tersebut merupakan mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan.
Namun kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya tersebut merupakan mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan.
Upaya Jepang untuk mempertahankan
Indonesia sebagai wilayah kekuasaannya serta menarik simpati rakyat Indonesia
meliputi bidang :
1. Bidang Politik
Dalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan
agar rakyat mau membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang
mengumandangkan semboyan 3A yakni: “Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia,
Jepang Pemimpin Asia”. Hal ini menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia,
termasuk Indonesia adalah untuk membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat,
Jepang menyebut dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang akan
membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Namun kenyataannya yang
dikatakan Jepang tidak sesuai dengan kenyataannya. Jepang memperlakukan bangsa
Indonesia dengan tidak adil, sangat kejam , mereka memeras dan menindas rakyat.
2.
Bidang Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya, maka
Jepang melakukan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini
berupa eksploitasi di bidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang,
dan lain-lain.
Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras
kekayaan alam Indonesia ini hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa
memperhatikan kesejahteraan rakyat. Sebagai dampak dari eksploitasi
besar-besaran sumber kekayaan alam Indonesia adalah kesengsaraan rakyat
Indonesia berupa kekurangan sandang, pangan serta menderita kemiskinan. Rakyat
hidup serba kekurangan, kelaparan karena sumber makanan diangkut Jepang untuk
konsumsi tentaranya. Untuk pakaian pun rakyat menggunakan bahan yang tidak
layak pakai seperti goni yang keras dan kasar. Hal in terjadi karena kapas yang
seharusnya dijadikan kain atau pakaian ternyata dibawa ke Jepang untuk diolah
demi kepentingan Jepang itu sendiri.
3.
Bidang Sosial Budaya
Di bidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat
menderita kemiskinan karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi
yang berupa pemanfaatan sumber daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk
melakukan kerja paksa (Romusha) serta dilibatkannya para pemuda untuk masuk
dalam organisasi militer maupun semi militer.
Di bidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang
di samping bahasa Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukan badan kearah
timur sebagai tanda hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari
(Seikerei). Hal ini tentu saja sangat menyinggung rakyat Indonesia yang
mayoritas muslim, karena dianggap menyembah kepada kaisar Jepang yang dianggap
sebagai keturunan dewa matahari, padahal orang muslim hanya melakukan penghormatan
kepada Allah SWT. Rakyat Indonesia dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak
Jepang. Mereka seolah bekerja untuk kepentingan Jepang padahal tujuannya untuk
mencapai Indonesia merdeka.
EKSPLOITASI SUMBER
DAYA ALAM DAN TENAGA KERJA INDONESIA OLEH JEPANG
Politik imperialisme Jepang di
Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam dan manusia. Jepang
melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan kekerasan. Berbagai cara,
Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji. Akibat
tindakan Jepang ini menimbulkan kesengsaraan, bencana alam. kekurangan sandang
pangan, penyakit dan kematian. Adapun eksplorasi yang dilakukan oleh Jepang di
Indonesia yaitu:
1. Eksploitasi Alam
Pemerasan sumber alam yang dilakukan oleh Jepang terhadap
Indonesia bisa dipakai untuk mencapai cita-cita dan ambisi politiknya.
Cara-cara tersebut antara lain:
- Pemerintahan Jepang mengeluarkan peraturan untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran sisa persediaan barang diperketat.
- Semua harta benda dan perusahaan perkebunan milik orang Belanda disita dan beberapa perusahaan vital seperti pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerintah.
- Jepang memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, kopi, karet, dan kina.
- Jepang melancarkan kampanye penyerahan barang-barang dan menambah bahan pangan secara besar-besaran. Kampanye ini menjadi tugas Jawa Hokokai dan instansi-instansi lain.
- Jenis perkebunan yang tidak berguna dibatasi, dimusnahkan, dan diganti dengan tanaman bahan makanan seperti teh, kopi, tembakau yang diganti oleh tebu untuk pembuatan gula.
- Adanya peraturan pembatasan dan penguasaan alat produksi oleh pemerintah.
- Bekas perkebunan tembakau, kopi dan teh dipakai untuk ditanami bahan makanan.
- Rakyat hanya diperbolehkan mempunyai 40% dari hasil pertaniannya, sedangkan 60% lainnya harus disetorkan kepada pemerintah Jepang dan lumbung desa.
i.
Rakyat dibebani dengan pekerjaan tambahan yang besifat wajib
seperti menanam pohon jarak yang bisa digunakan untuk pelumas pesawat terbang
dan senjata.
2. Eksploitasi Manusia (Romusha )
Pembentukan romusha ini dilatarbelakangi oleh besarnya
kebutuhan Jepang akan tenaga kerja untuk membangun pertahanannya, seperti gua,
gudang bawah tanah, lapangan udara darurat. Tenaga romusha ini diperoleh dari
desa di pulau Jawa yang padat penduduk. Pada awalnya pengerahan tenaga kerja
ini bersifat sukarela, namun dalam pelaksanaannya, pengerahan tenaga kerja ini
dilaksanakan secara paksa.
Kehidupan para romusha sangat sulit, mereka kelaparan,
kesehatan mereka tidak dijamin, sehingga banyak romusha yang meninggal. Hal-hal
di ataslah yang kemudian membuat rakyat takut dijadikan romusha. Namun, untuk
menghilangkan rasa takut tersebut, tahun 1943 Jepang menggelar propaganda baru
yaitu dikatakan sebagai prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja. Propaganda baru
Jepang ini menarik kembali rakyat untuk menjadi Romusha. Akan tetapi
kenyataannya tetap saja seperti keadaan yang sebelumnya. Para romusha ini
mendapatkan siksaan yang pedih. Mereka bukan saja dikirim ke luar Jawa, tetapi
juga ke luar negeri seperti Burma, Thailand, Filipina, Malaya, dan Serawah.
Masalah lain yang ada adalah menyangkut kehidupan rakyat
yaitu masalah sandang pada masa sebelum pecahnya perang. Masalah ini tergantung
pada impor Belanda. Dan pada masa Jepang, sandang untuk masyarakat sangat
kurang. Untuk itu Jepang memerintahkan menanam kapas di berbagai daerah di
Jawa, Sumatera, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Usaha pemintalan rakyat
secara massal didirikan dan rakyat dilatih untuk memintal. Percobaan untuk
mencari ganti
dengan kapas diintensifkan. Masalah sandang yang parah pada waktu itu memaksa
rakyat desa untuk memakai pakaian dari karung goni atau bagor. Selain romusha,
bentuk penindasan dan penghisapan sumber daya manusia Indonesia oleh Jepang
adalah perekrutan pemudapemuda ke dalam organisasi militer dan semi-militer
buatan Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar