Konferensi
Asia Afrika
post by : malik k.b (18)
Anggota : Ahza Arzanul Haq (01)
Iqbal
Fahrhan Hilmi (15)
Migrananto
Ridho Nugroho (19)
Berakhirnya
Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk
memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga
ditandai dengan munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk
pengembangan senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan
UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin
kerja sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara
lain terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu,
pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan
solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi
Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia adalah
bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok
yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana
pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa
Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional.
Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan terwujudnya
perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas
aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan
adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni
Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis
(liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok
sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan
untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dari
negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya
pernah menderita karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu
menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara
di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah
India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan
Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan
Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang
telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan
sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan
Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam
Konferensi
Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga
perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting,
baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada
umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi
Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo
yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan
Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Konferensi Pendahuluan
Sebelum
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi
pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain
sebagai berikut.
Konferensi Kolombo (Konferensi
Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan yang pertama
diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April–2
Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara
sebagai berikut.
Ø Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah
Ø Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
Ø Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
Ø Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
Ø Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo membahas masalah
Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di Jenewa. Di samping
itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi
Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima
negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo kemudian dikenal dengan
nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai negara sponsor. Konferensi
Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.
Konferensi Bogor (Konferensi
Pancanegara II)
Konferensi pendahuluan yang kedua
diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember 1954. Konferensi itu
dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut :
· Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24
April 1955.
· Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang
sebagai peserta Konferensi Asia Afrika.
· Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
· Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga terkenal dengan
nama Konferensi Pancanegara II.
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia
Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18–24 April 1955. Kon-ferensi
Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara
pengundang dan negara yang diundang.
· Negara pengundang meliputi Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan
Burma (Myanmar).
· Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18
negara meliputi Asia (Filipina, Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam
Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria
(Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia,
Liberia, Libia, dan Pantai Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak
hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika Tengah.
Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian
dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi
Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan dasar pertimbangan
diadakan KAA adalah sebagai berikut.
· Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan
Asia-Afrika.
· Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa
penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
· Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite
nasional/terpelajar dan intelektual.
· 4) Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
· Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
· Secara geografis letaknya berdekatan dan saling melengkapi satu sama
lain.
Tujuan diadakannya Konferensi Asia
Afrika, antara lain:
· memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang
sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
· memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
· memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta
mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
· bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
· membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama
seperti kedaulatan negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi Asia Afrika membicarakan
hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika,
terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan
perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia dan
Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik dan tenaga ahli.
Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu memperluas
perdagangan dan pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut
ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antarnegara karena kelancaran
perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui penggunaan
beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia
yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih
adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara. Konferensi
mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasi warna kulit di
mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam
segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan kemer-dekaan harus dibantu
sampai berhasil. Demi perdamaian dunia, konferensi mendukung adanya perlucutan
senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata nuklir dihentikan dan masalah
perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pergaulan
internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi
dan hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi
menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi
anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan
beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia Afrika
khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa
keputusan penting, antara lain:
1.
memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia
Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2.
menuntut kemerdekaan bagi Aljazair,
Tunisia, dan Maroko;
3.
mendukung tuntutan Indonesia atas Irian
Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
4.
menentang diskriminasi ras dan
kolonialisme dalam segala bentuk;
5.
aktif mengusahakan perdamaian dunia.
Selain menetapkan keputusan tersebut,
konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan beberapa
prinsip bersama, seperti:
1.
menghormati hak-hak dasar manusia,
tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
2.
menghormati kedaulatan dan integritas
teritorial semua bangsa;
3.
mengakui persamaan ras dan persamaan
semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
4.
melakukan intervensi atau ikut campur
tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
5.
menghormati hak-hak tiap bangsa untuk
mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan
Piagam PBB;
6.
a) tidak menggunakan
peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan
khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara
lain;
7.
tidak melakukan tindakan atau ancaman
agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atas
kemerdekaan politik suatu negara;
8.
menyelesaikan segala perselisihan
internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
9.
memajukan kepentingan bersama dan kerja
sama internasional;
10. menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam
Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung
Declaration.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi
Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh
yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan
Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
· Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik
tolak untuk mengakui kenyataan bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup
berdampingan secara damai.
· Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk
menggalang persatuan.
· Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
· Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta
di Asia dan Afrika khususnya.
·
· Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia
dan Afrika dalam mencapai kemerdekaannya.
·
Banyak negara-negara Asia-Afrika yang
merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh bagi
solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi
Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada
umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
·
Konferensi Asia Afrika mampu menjadi
penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi
ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
·
Gagasan Konferensi Asia Afrika
berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
·
Politik bebas aktif yang dijalankan
Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh
negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
·
Belanda cemas dalam menghadapi kelompok
Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung
tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
·
Australia dan Amerika Serikat mulai
berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan pengaruhnya
terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di
Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.
0 komentar:
Posting Komentar