Cari

Kamis, 20 Oktober 2016

Posted By  :  Muhammad Irfaan Yolanda
Kelompok        : 3
Anggota           :
1.       Annina Hurriyyati Tanzil                                                                                            (02)
2.       Diana Rofita Sari                                                                                                        (08)
3.       Dyah Kusuma Al Afsyah                                                                                            (10)
4.       Gardhika Adrian Eka Laksa                                                                                        (12)
5.       Muhammad Ardhian Nurul Falah                                                                                (20)
6.       Safrida Alivia Sri Ananda                                                                                           (26)
7.       Septiani Eka Wahyu Pratiwi                                                                                       (28)
8.       Sri Agung Wisnu Wardhani                                                                                        (30)
Serangan Umum 4 Hari di Solo

Serangan umum 4 hari berlangsung pada tanggal 7 -10 Agustus 1949 secara gerilya dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa sehingga mereka dikenal sebagai tentara pelajar. Serangan ini digagas dikawasan monumen juang 45, Banjarsari, Solo. Para pejuang bekumpul di desa Wonosido Kabupaten Sragen. Darisitulah ide untuk melakukan serangan umum di kobarkan. Para pejuang tidak bergabung dalam Detasmen II brigade 17 yang dipimpin Mayor Ahmadi. Serangan dilakukan dari empat penjuru kota Solo. Rayon I Polokarto dipimpin oleh Suhendro, Rayon II dipimpin oleh Sumarto, Rayon III Komandan Prakosa, Rayon IV Komandan Latif, Rayon dipimpin Hartono. Pada pertengahan pertempuran Slamet Riyadi dengan Brigade V ikut bergabung.
Kegagalan Belanda dalam mempertahankan Solo akhirnya memaksa Perdana Menteri Drees mengakomodasi tuntutan delegasi Indonesia sebelum menghadiri KMB. Pada 7 Agustus 1949 pukul 06.00 pagi pasukan Arjuna menyusup dan menguasai kampong-kampung di kota Solo. 8 Agustus 1949 pertempuran berlangsung hingga tengah malam yang dibantu oleh TNI disekitar pasar kembang, namun Belanda mencium rencana itu sehingga menangkapi penduduk sekitar. Terdapat 26 orang termasuk wanita dan anak-anak ditangkap Belanda. 24 diantaranya dihabisi, terdiri dari 10 orang laki-laki, 6 wanita, dan 8 anak-anak.
Pada tanggal 9 agustus 1949 Belanda semakin membabi buta dan membalas serangan dibantu oleh pasukan KST (Korps Speciale Troepen) menembak setiap lelaki yang dijumpainya.  Sehingga Komandan Seksi I Kompi I Sahir gugur, hari keempat pada tanggal 10 Agustus 1949 sebagaimana diperintahkan oleh Komandan Wehrkreise I Brigadir V, Letkol Slamet Riyadi TNI melaksanakan serangan perpisahan menandai akhir masa Serangan Umum 4 Hari. Sehingga meningkalkan moril pasukan gerilya. Pertempuran itu berlangsung hingga tengah malam menjelang dimulainya gencatan senjata 11 Agustus 1949.
Sementara itu, pihak tentara Belanda sebagai pembalasan tewasnya 2 anggota KL pada hari yang semestinya sudah berlaku gencatan senjata namun mereka memaksa penduduk laki-laki maupun wanita untuk keluar rumah kemudian membakar rumah mereka, dan membantainya. Dalam pertempuran selama 4 hari tersebut, 109 rumah penduduk porak poranda, 205 penduduk meninggal, 7 serdadu Belanda tertembak, dan 3 orang tertawan. Sedangkan dipihak tentara 6 orang gugur. Serangan umum tentara pelajar Solo kala itu terbukti berhasil memperkuat posisi tawar politik perjuangan diplomasi RI di KNB Denhag, Belanda. Sehingga dicapainya kedaulatan RI pada 27 Desember 1949, peristiwa ini sama pentingnya dengan proklamasi. Karena peristiwa ini adalah lahirnya RI yang diakui oleh semua negara di dunia.
LATAR BELAKANG
Seruan gencatan senjata disamapaikan pihak Belanda maupun Republik Indonesia sejak 3 Agustus 1949, namun baru terealisasi tanggal 11 Agustus pukul 00.00.

Ketika Yogyakarta sedianya sudah dikuasai republik sebagai dampak dari serangan umum 1 Maret 1949 dan penyerahan Ibu Kota dari Belanda pada bulan Juli , tak jauh dari Yogya masih terjadi bentrokan, khususnya Kota Surakarta. Di Surakarta bahkan terjadi adu kekuatan yang tak kalah dahsyat dari serangan umum 1 Maret.      

0 komentar:

Posting Komentar