Posted By : Muhammad Irfaan Yolanda
Kelompok 1
1.
Bima
Setya Aji (07)
2.
Diza
Wahyu Ardiansyah (09)
3.
Gerano
Sukarno (13)
4.
Hasan
Hendratmoko (14)
5.
Isniyatin
Nur Yusrina (16)
6.
Muhammad
Ichbal (21)
7.
Puspasari
Wahyu Nugraheni (24)
8.
Satrio
Budi Utomo (27)
Kelas: XII IPS 2
Serangan Umum 4 Hari di Kota Solo
Serangan
umum menyerbu Kota Solo berlangsung pada tanggal 7-10 Agustus 1949 secara
gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Mereka berhasil menduduki markas Belanda di Solo dan sekitarnya. Mereka yang melakukan serangan bergabung dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta yang dipimpin oleh Mayor Achmadi. Untuk menggempur markas penjajah, serangan dilakukan dari 4 penjuru, yaitu:
1.
Rayon
I dari Polokarto dipimpin oleh Suhendro
2.
Rayon
II dipimpin oleh Sumarto
3.
Rayon
III dipimpin oleh Komandan Prakoso
4.
Rayon
IV dipimpin oleh A Latif
5.
Rayon
Kota dipimpin oleh Hartono
Pada
7 Agustus 1949 pukul 06.00 serempak serangan dimulai dengan menyerbu kedudukan
tentara Belanda. Serangan datang dari penjuru kota, sehingga memaksa tentara
Belanda hanya mampu bertahan di markasnya. Pukul 15.00 Belanda melakukan
serangan balasan menggunakan pesawat terbang dan melakukan pengeboman.
Pada
8 Agustus 1949 para gerilyawan telah memutuskan saluran komunikasi antar markas
Belanda. Serangan Kota Solo semakin gencar, selama 2 hari Belanda mendatangkan
pesawat Mustang untuk melakukan straffing pada lokasi yang diduga sebagai
konsentrasi para gerilyawan. Pada hari ketiga didatangkan pasukan infanteri,
kavaleri, dan pasukan baret hijau dari Semarang tapi tidak masuk Kota Solo karena
medan jalan yang rusak dan dihadang pasukan TNI di Boyolali.
Pada
hari ketiga, 9 Agustus 1949 dikisahkan, Belanda semakin membabi-buta dalam
membalas serangan, dibantu oleh pasukan KST (Korps Spesiale Troepen), menembak
setiap lelaki yang dijumpainya. Dalam peristiwa ini, seorang komandan regu
Seksi I Kompi I, Sahir gugur di daerah pertempuran Panularan.
Pada
10 Agustus 1949 adalah puncak serangan, dengan ikutsertanya pasukan TNI
Brigarder V yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi. Pertempuran 4 hari itu sangat
mengejutkan Kolonel Ohl, Komandan Tentara Kerajaan (Koninjkle Leger) di
Surakarta. Dia sama sekali tidak menduga bahwa pasukan RI masih mampu melakukan
serangan militer dalam skala besar.
Dalam
pertempuran selama empat hari tersebut, 109 rumah penduduk porak poranda, 205
penduduk meninggal karena aksi teror Belanda,
7 serdadu Belanda tertembak dan 3 orang tertawan sedangkan di pihak TNI 6 orang
gugur. Peristiwa perang 4 hari Surakarta ini
sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini
berujung pada Kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949 dalam KMB. Peristiwa ini sama pentingnya dengan
Proklamasi. Peristiwa ini adalah peristiwa lahirnya Republik Indonesia yang
diakui oleh semua negara di dunia.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar