Cari

Kamis, 20 Oktober 2016

Posted By : Muhammad Irfaan Yolanda

Kelompok 1
1.      Bima Setya Aji                             (07)
2.      Diza Wahyu Ardiansyah             (09)
3.      Gerano Sukarno                           (13)
4.      Hasan Hendratmoko                    (14)
5.      Isniyatin Nur Yusrina                  (16)
6.      Muhammad Ichbal                       (21)
7.      Puspasari Wahyu Nugraheni       (24)
8.      Satrio Budi Utomo                       (27)
Kelas: XII IPS 2

Serangan Umum 4 Hari di Kota Solo

Serangan umum menyerbu Kota Solo berlangsung pada tanggal 7-10 Agustus 1949 secara

gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Mereka berhasil menduduki markas Belanda di Solo dan sekitarnya. Mereka yang melakukan serangan bergabung dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta yang dipimpin oleh Mayor Achmadi. Untuk menggempur markas penjajah, serangan dilakukan dari 4 penjuru, yaitu:
1.      Rayon I dari Polokarto dipimpin oleh Suhendro
2.      Rayon II dipimpin oleh Sumarto
3.      Rayon III dipimpin oleh Komandan Prakoso
4.      Rayon IV dipimpin oleh A Latif
5.      Rayon Kota dipimpin oleh Hartono
Pada 7 Agustus 1949 pukul 06.00 serempak serangan dimulai dengan menyerbu kedudukan tentara Belanda. Serangan datang dari penjuru kota, sehingga memaksa tentara Belanda hanya mampu bertahan di markasnya. Pukul 15.00 Belanda melakukan serangan balasan menggunakan pesawat terbang dan melakukan pengeboman.
Pada 8 Agustus 1949 para gerilyawan telah memutuskan saluran komunikasi antar markas Belanda. Serangan Kota Solo semakin gencar, selama 2 hari Belanda mendatangkan pesawat Mustang untuk melakukan straffing pada lokasi yang diduga sebagai konsentrasi para gerilyawan. Pada hari ketiga didatangkan pasukan infanteri, kavaleri, dan pasukan baret hijau dari Semarang tapi tidak masuk Kota Solo karena medan jalan yang rusak dan dihadang pasukan TNI di Boyolali.
Pada hari ketiga, 9 Agustus 1949 dikisahkan, Belanda semakin membabi-buta dalam membalas serangan, dibantu oleh pasukan KST (Korps Spesiale Troepen), menembak setiap lelaki yang dijumpainya. Dalam peristiwa ini, seorang komandan regu Seksi I Kompi I, Sahir gugur di daerah pertempuran Panularan.
Pada 10 Agustus 1949 adalah puncak serangan, dengan ikutsertanya pasukan TNI Brigarder V yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi. Pertempuran 4 hari itu sangat mengejutkan Kolonel Ohl, Komandan Tentara Kerajaan (Koninjkle Leger) di Surakarta. Dia sama sekali tidak menduga bahwa pasukan RI masih mampu melakukan serangan militer dalam skala besar.
Dalam pertempuran selama empat hari tersebut, 109 rumah penduduk porak poranda, 205 penduduk meninggal karena aksi teror Belanda, 7 serdadu Belanda tertembak dan 3 orang tertawan sedangkan di pihak TNI 6 orang gugur. Peristiwa perang 4 hari Surakarta ini sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini berujung pada Kedaulatan Republik Indonesia 27 Desember 1949 dalam KMB. Peristiwa ini sama pentingnya dengan Proklamasi. Peristiwa ini adalah peristiwa lahirnya Republik Indonesia yang diakui oleh semua negara di dunia.

Sumber:


0 komentar:

Posting Komentar