Posted By : Muhammad Irfaan Yolanda
Anggota
kelompok : 1 Diana Rofita Sari (08)
2. Diza Wahyu A (09)
3.
Gardhika A.E.L (12)
4. Iqbal Farhan Hilmy (15)
5. Isniyatin Nur Yusrina (16)
6. Jihan Nurom Bidayah (17)
7.
Sri Agung Winu W (30)
XII
IPS 2
BANDUNG LAUTAN API
Bandung Lautan Api merupakan adalah sebuah sebutan
untuk perisiwa terbakarnya kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia dalam
upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pembakaran ini dilakukan oleh
penduduk Bandung sebagai bentuk tanggapan atas ultimatum oleh sekutu yang
memerintahkan untuk mengosongkan Bandung. Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi
pada bulan Maret 1946. Sejarah besar ini dilakukan oleh para penduduk Bandung
yang jumlahnya sekitar 200.000 orang. Mereka, dalam waktu tujuh jam melakukan
pembakaran rumah dan harta benda mereka sebelum akhirny pergi meninggalkan
Bandung.
I.
Latar Belakang Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh
beberapa hal, yakni :
· Brigade Mac Donald atau sekutu
menuntut para penduduk Bandung agar menyerahkan semua senjata dari hasil
pelucutan jepang kepada pihak sekutu.
· Sekutu mengeluarkan ultimatum yang
isinya memerintahkan agar kota Bandung bagian utara dikosongkan dari penduduk
Indonesia paling lambat tanggal 29 November 1945.
· Sekutu membagi Bandung menjadi dua
sektor, yakni sektor utara dan sektor selatan.
· Rencana pembangunan kembali markas
sekutu di Bandung.
II.
Kronologi Terjadinya Bandung Lautan Api
Kronologi Bandung Lautan Api dapat dirunut dari
peristiwa ketika pasukan sekutu mendarat di Bandung. Pasukan Inggris bagian
dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada Oktober 1945. Para pejuang Bandung kala itu sedang gencar-
gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang.
Hubungan antara pemerintah RI dengan sekutu pun juga
sedang tegang. Di saat seperti itu, pihak sekutu menuntut agar semua senjata
api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR
dan polisi, diserahkan kepada pihak sekutu.
Namun, sekutu yang baru tiba ini meminta pihak
Indonesia untuk menyerahkan semua senjata hasil pelucutan Jepang ini. Hal ini ditegaskan melalui
ultimatum yang dikeluarkan pihak Sekutu. Isi ultimatum tersebut adalah agar
senjata hasil pelucutan Jepang segera diserahkan pada Sekutu dan penduduk
Indonesia segara mengosongkan kota Bandung paling lambat tanggal 29 November
1945 dengan alasan untuk keamanan rakyat.
Pada malam tanggal 21 November1945, TKR dan
badan-badan perjuangan Indonesia melancarkan serangan terhadap kedudukan-
kedudukan Inggris di wilayah Bandung bagian utara. Hotel Homann dan Hotel
Preanger yang digunakan musuh sebagai markas juga tak luput dari serangan.
Menanggapi serangan ini, tiga hari kemudian, MacDonald
menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat. Ultimatum ini berisi agar
Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk dari pasukan
bersenjata.
Masyarakat Indonesia yang mendengar ultimatum ini tidak mengindahkannya.
Karenanya, pecahlah pertempuran antara sekutu dan pejuang Bandung di tanggal 6
Desember 1945.
Kemudian, di tanggal 23 Maret 1946,
sekutu kembali mengulang ultimatumnya, pada saat ini terdapat dua perintah yang
berbeda yaitu :
1) Dari perdana Menteri Amir Syarifudin (Pusat)
Bahwa para pejuang / pasukan RI harus mundur dari kota Bandung sesuai dengan perjanjian
antara pemerintah RI dengan Sekutu yanag saat itu sedang berlangsung di
Jakarta.
2) Dari Panglima TKR Jenderal Sudirman
(Jogja)
Bahwa para pejuang/pasukan RI harus mempertahankan
Kota bandung sampai titik darah penghabisan.
Menghadapi dua perintah yang berbeda ini, akhirnya
pada 24 Maret 1946 pukul 10.00 WIB, para petinggi TRI mengadakan rapat untuk
menyikapi perintah PM Sjahril di Markas Divisi III TKR. Rapat ini dihadiri para
pemimpin pasukan Komandan Divisi III Kolonel Nasution, Komandan Resimen 8 Letkol Omon Abdurrahman, Komandan
Batalyon I Mayor Abdurrahman, Komandan Batalyon II Mayor Sumarsono, Komandan
Batalyon III Mayor Ahmad Wiranatakusumah, Ketua MP3 Letkol Soetoko, Komandan
Polisi Tentara Rukana, dan perwakilan tokoh masyarakat dan pejuang Bandung. Ada
satu peserta rapat yaitu Rukana mengusulkan untuk meledakkan terowongan sungai
Citarum di Rajamandala sehinga airnya merendam Bandung, saking emosinya Rukana
menyebut usulnya agar bandung menjadi “lautan api” yang dimaksudsud seharusnya
“lautan air”. Usul lain
muncul dari tokoh Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon (AMPTT), Soetoko,
yang tidak setuju jika hanya TRI saja yang meninggalkan Bandung.
Menurutnya, rakyat harus bersama TKR mengosongkan kota Bandung. Namun, akhirnya para pejuang
Indonesia memutuskan untuk melancarkan serangan besar - besaran terhadap sekutu
di tanggal 24 Maret 1946.
III.
Tujuan membakar Bandung
Para pejuang Bandung memilih membakar Bandung dan
kemudian meninggalkannya dengan alasan tertentu. Tujuannya adalah untuk
mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda dalam memanfaatkan kota
Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan
Indonesia. Operasi pembakaran Bandung ini disebut sebagai operasi
"bumihangus". Keputusan untuk membumihanguskan kota Bandung diambil
melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3), yang
dilakukan di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia,
tanggal 24 Maret 1946.
Hasil musyawarah tersebut kemudian
diumumkan oleh Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI.
Ia juga memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Lalu, hari itu juga, rombongan
besar penduduk Bandung mengalir. Pembakaran kota berlangsung malam hari sembari
para penduduknya pergi meninggalkan Bandung. Melalui siaran RRI pada pukul 14.00,
Nasution mengumumkan: bahwa semua
pegawai dan rakyat harus keluar sebelum pukul 24.00, tentara melakukan bumi
hangus terhadap objek vital di Bandung agar tidak dipakai Inggris dan NICA.
Saat malam tiba, TRI akan menyerang
Bandung. TRI juga mempersiapkan sejumlah titik pengungsian bagi Keresidenan
Priangan, Walikota Bandung, Bupati Bandung, Jawatan KA, Jawatan PTT, rumah
sakit, dan lain-lain. Pada saat ini ada masyarakat yang mengetahui betul tetapi
ada juga yang hanya mendengar desas desus pembakaran kota Bandung,
masyarakatpun akhirnya menggungsi . Tempat tujuan pengungsi menyebar, mulai
dari Cililin, Ciparay dan Majalaya, Tasikmalaya, Cianjur, Ciwidey, Garut,
Sukabumi, bahkan adaya yang mengikuti hingga Jogjakarta.
TRI menjadwalkan peledakan pertama
dimulai pukul 24.00 WIB di Gedung Regentsweg, selatan Alun-alun Bandung yaitu
Gedung Indische Restaurant (sekarang Gedung BRI), sebagai aba-aba untuk
meledakan semua gedung.
Di tengah persiapan itu tiba-tiba
terjadi ledakkan. Seorang pejuang, Endang Karmas, mengaku heran dengan adanya
ledakan, padahal baru pukul 20.00 WIB. Ledakkan pertama itu terlanjut dianggap
aba-aba, sehingga pejuang lain pun tergesa-gesa melakukan pembakaran dan
peledakkan gedung. Karena persiapan yang minim, banyak gedung vital yang tidak
bisa diledakkan, kalaupun meledak, tidak sanggup merusak bangunan yang terlalu
kokoh. Beberapa kemungkinan menjadi pemicu melesetnya jadwal ledakkan dari
jadwal semula, yakni faktor teknis atau keterampilan menguasi bahan
peledak yang minim, alat peledak yang kurang, atau ada sabotase oleh musuh
untuk menggagalkan sekenario Bandung Lautan Api.Terlebih saat persiapan
pengungsian pasukan Gurkha dan NICA terus melakukan provokasi hingga penembakan
terhadap para pejuang. Hal itulah yang membuat rencana pembakaran dan
penghancuran objek vital tidak berjalan seperti rencana, malah yang terjadi
banyak rumah penduduk yang terbakar.
Di
tengah situasi genting ini Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit
terjadi. Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah
selatan Bandung, di mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI
bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut. Muhammad Toha dan Ram dua anggota
milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) pun mengajukan diri. Kedua pemuda itu berhasil meledakkan
gudang tersebut dengan granat (dinamit) tangan. Gudang besar itu meledak dan
terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut gugur sebagai pahlawan bangsa.
Strategi operasi bumihangus ini adalah strategi yang
tepat karena kekuatan TRI dan milisi rakyat memang tidak sebanding dengan
kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang besar. Setelah perisitewa Bandung Lautan
Api tersebut, kemudian TRI bersama dengan milisi rakyat melakukan perlawanan
dari luar Bandung dengan cara bergerilya.
IV.
Asal Julukan Bandung Lautan Api
Istilah atau sebutan ‘Bandung Lautan Api’ terhadap
peristiwa ini muncul di harian Suara Merdeka pada tanggal 26 Maret 1946. Saat
peristiwa pembakaran itu berlangsung, seorang wartawan muda, Atje Bastaman,
menyaksikannya dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut.
Dari puncak itulah, Atje Bastaman melihat Bandung
memerah mulai dari Cicadas hingga ke Cimindi. Karenanya, begitu ia tiba di
Tasikmalaya, Atje Bastaman dengan penuh semangat segera menuliskan berita
tentang peristiwa ini dan memberinya judul "Bandoeng Djadi Laoetan
Api".
Akan tetapi, kurangnya ruang untuk tulisan judulnya
membuat ia harus membuat judulnya jadi lebih pendek, yakni menjadi "Bandoeng
Laoetan Api".
Ada juga yang menyebutkan bahwa kata “ Bandung Lautan
Api” berasal dari usalan Rukana yang harusnya beliau berkata “ Bandung Lautan
Air ” dari rapat tangal 24 Maret 1964 dimana rapat tersebut baru sengit dan
Rukana pun tak sanggup menahan emosi beliau.
Hal yang unik :
malapetaka lain juga terjadi di kota bandung
dimana jebolnya bendungan sungai cikapundungyang menimbulkan bencana banjir
besar di kota bandung. Peristiwa itu pada malam hari 25 november 1945. Jebolnya
tanggul itu dikaitkan dengan aksi terror dari NICA sehingga memancing amarah
rakyat. Jadi selain menjadi lautan api, bandung juga menjadi lautan air.
Best Online Casinos in Singapore | Book of Dead
BalasHapusOnline 바카라 casinos are very popular in Singapore. the best online casinos 카지노 in the country for gambling. It offers many exciting slots games that offer the 바카라 사이트 best