Cari

Sabtu, 15 Oktober 2016

KELOMPOK 5
PERISTIWA WESTERLING DI MAKASSAR
Nama :
1.             Audita Kusuma Astuti              (05)
2.             Bagaskara Dwi Wahyu Jati       (06)
3.             Dyah Kusuma Al Afsyah          (10)
4.             Puspasari Wahyu Nugraheni     (24)
5.             Wasis Singgih Sasono               (31)

Kelas             : XII IPS 2

Latar Belakang
Peristiwa bersejarah ini, diawali kedatangan sebanyak 123 tentara pasukan Depot Speciale Troepen dipimpin Kapten Westerling, 5 Desember 1946 di kota Makassar. Pasukan ini diperintahkan untuk membantu tentara NICA (Nederlands Indisch Civil Administration) yang mendapat perlawanan pejuang dan rakyat di Sulsel.
Setelah tentara NICA mendapat bantuan dari Westerling dan pasukannya, keinginan penguasaan Belanda terhadap wilayah Indonesia khusunya di Sulsel makin tampak. Gubernur Jenderal Belanda mengeluarkan surat keputusan No.1 Stbl. No.139 Tahun 1946, menyatakan Keadaan Darurat Perang (SOB) mulai 11 Desember 1946 di seluruh wilayah Sulsel, termasuk yang kini telah menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat.

Proses
1.             Tahap pertama
Aksi pertama operasi Pasukan Khusus DST dimulai pada malam tanggal 11 menjelang 12 Desember. Sasarannya adalah desa Batua serta beberapa desa kecil di sebelah timur Makassar dan Westerling sendiri yang memimpin operasi itu
2.             Tahap kedua
Setelah daerah sekitar Makassar dibersihkan, aksi tahap kedua dimulai tanggal 19 DesemberHYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/1946" \o "1946"1946. Sasarannya adalah Polobangkeng yang terletak di selatan Makassar. Dalam penyerangan ini, Pasukan DST menyerbu bersama 11 peleton tentara KNIL dari Pasukan Infanteri XVII. Penyerbuan ini dipimpin oleh Letkol KNIL Veenendaal. Selanjutnya pola yang sama seperti pada gelombang pertama diterapkan oleh Westerling. Dalam operasi ini 330 orang rakyat tewas dibunuh.
3.             Tahap ketiga
Aksi tahap ketiga mulai dilancarkan pada 26 Desember 1946 terhadap Gowa dan dilakukan dalam tiga gelombang, yaitu tanggal 26 dan 29 Desember serta 3 JanuariHYPERLINK "https://id.wikipedia.org/wiki/1947" \o "1947"1947. Di sini juga dilakukan kerja sama antara Pasukan Khusus DST dengan pasukan KNIL. Korban tewas di kalangan penduduk berjumlah 257 orang.


Pengaruh
Dengan keberhasilan menumpas para ekstrimis di Sulsel, reputasi Pasukan Khusus DST dan Westerling melambung tinggi di kalangan Belanda.Westerling memegang komando pasukan yang lebih besar dan lebih hebat dan pangkatnya menjadi Kapten.
Tahun 1947, delegasi Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, korban pembantaian terhadap penduduk, yang dilakukan oleh Kapten Raymond Westerling sejak bulan Desember 1946 di Sulawesi Selatan mencapai 40.000 jiwa.
Perbuatan Westerling merupakan salah satu pelanggaran HAM. Hal ini menyebabkan delegasi Indonesia menuntut atas penegakan HAM. Namun, perbuatan Westerling dapat lolos dari tuntutan pelanggaran HAM karena sebenarnya aksi terornya memperoleh izin dari Letnan Jenderal Spoor dan Wakil Gubernur Jenderal Dr. Hubertus Johannes van Mook. Jadi yang sebenarnya bertanggungjawab atas pembantaian rakyat Sulawesi Selatan adalah Pemerintah dan Angkatan Perang Belanda.

Hal Yang Menarik dalam Peristiwa Ini

1.             Dalam peristiwa heroik ini, terdapat perselisihan jumlah korban antara pemerintah Indonesia dengan Belanda. Dari pihak Indonesia, menyatakan bahwa korban peristiwa ini mencapai 40.000 jiwa, namun Belanda  memperkirakan sekitar 3.000 rakyat Sulawesi tewas dibantai oleh Pasukan Khusus pimpinan Westerling, sedangkan Westerling sendiri mengatakan, bahwa korban akibat aksi yang dilakukan oleh pasukannya "hanya" 600 orang. Jumlah korban dalam peristiwa ini tidak diketahui secara pasti karena keterbatasan data yang akurat.
2.             Untuk mengenang kejadian mnegerikan ini, pemerintah daerah Sulawesi Selatan membangun monumen yang bernama "Monumen Korban 40.000 Jiwa" atau sering disebut "Monumen Korban Westerling" dan berlokasi di jalan Langgau, ke arah utara kota Makassar tidak jauh dari lapangan Karebosi.
3.             Menurut penjaga monumen, dahulu disekitar monumen ini terdapat salah satu lubang tempat dimana korban-korban Westerling dikuburkan secara masal, namun lubang tersebut sudah ditutup dan tidak boleh diperlihatkan secara umum lagi dengan alasan semua kenangan pahit tersebut sudah dikubur dan tidak perlu diperlihatkan kembali.
4.             Untuk mengenang peristiwa ini, rakyat Sulawesi mengibarkan bendera setengah tiang di rumah-rumah setiap tanggal 11 Desember.

sumber :









0 komentar:

Posting Komentar