Analisis
Sambutan Rakyat Indonesia setelah
mendengar Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus
1945.
Reaksi berbagai daerah
di Indonesia terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah
terjadinya perebutan kekuasaan, baik dengan cara kekerasan maupun dengan cara
perundingan. Pada bulan September 1945, beberapa pemimpin karesidenan di Jawa
menyambut Proklamasi Kemerdekaan dengan menyatakan diri sebagai bagian dari
Pemerintahan Republik Indonesia dan mengancam akan melakukan tindakan keras
terhadap segala tindakan yang
menentang Pemerintah Republik Indonesia. Pegawai-pegawai Jepang dirumahkan dan dilarang memasuki kantor-kantor mereka.
menentang Pemerintah Republik Indonesia. Pegawai-pegawai Jepang dirumahkan dan dilarang memasuki kantor-kantor mereka.
Tahap berikutnya, para
pemuda berusaha untuk merebut senjata dan gedung-gedung vital. Selama bulan
September di Surabaya terjadi perebutan senjata di arsenal (gudang mesiu) Don
Bosco, perebutan Markas Pertahanan Jawa Timur, perebutan Pangkalan Angkatan
Laut Ujung, dan perebutan markas-markas Jepang lainnya serta perebutan
pabrik-pabrik yang tersebar di seluruh kota.
Pada tanggal 19 September 1945,
terjadi Insiden Bendera di Hotel Yamato. Insiden ini terjadi ketika orang-orang
Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato dengan dibantu oleh
serombongan pasukan Sekutu, mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel. Hal ini
memancing kemarahan para pemuda. Oleh karena itu Residen Sudirman dengan cara
baik-baik meminta agar bendera Belanda tersebut diturunkan. Setelah permintaan
itu ditolak, maka hotel itu diserbu oleh para pemuda dan bentrokan pun tidak
dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan
bendera Belanda. Selanjutnya mereka merobek warna birunya dan mengibarkannya
kembali menjadi merah-putih.
Sasaran berikutnya
adalah Markas Kempetai yang terletak di depan kantor gubernur sekarang, karena
dianggap sebagai lambang kekejaman Jepang. Markas tersebut diserbu oleh rakyat
pada tanggal 1 Oktober 1945. Setelah melalui pertempuran selama kurang lebih 5
jam, gedung itu jatuh ke tangan rakyat. Dalam pertempuran itu 25 orang pemuda
gugur dan 60 luka-luka serta sebanyak 15 orang prajurit Jepang Meninggal.
Tindakan Heroik di Berbagai
Daerah di Indonesia
Sejak dikumandangankan proklamasi
kemerdekaan, bendera Merah Putih berkibar dimana-mana. Di samping itu, pekik
“Merdeka” menjadi salam nasional. Keadaan itu mengambarkan dukungan luas rakyat
terhadap proklamasi kemerdekaan.
Tindakan Heroik Terhadap Jepang
Tindakan terhadap Jepang terutama
untuk merebut dan melucuti senjata-senjata Jepang. Tujuan melucuti senjata
Jepang :
• Mendapatkan
senjata untuk modal perang.
• Mencegah
senjata Jepang agar tidak jatuh ke tangan sekutu.
• Mencegah
agar senjata Jepang tidak digunakan untuk membunuh rakyat.
Pertempuran
di Surabaya dan sekitarnya
Selama bulan September 1945,
rakyat dan BKR merebut senjata di gudang mesiu Don Bosco. Merebut kompleks
penyimpanan senjata dan pemancar radio di Embong, Malang. Dan pada tanggal 1
Oktober 1945, rakyat merebut Markas Kompetai (polisi rahasia) yang dianggap
lambing kekejaman Jepang.
Pertempuran
di Yogyakarta
Pada tanggal 26 September 1945,
para pegawai pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang mengadakan aksi
mogok. Mereka memaksa pihak Jepang untuk menyerahkan semua kantor kepada pihak
Indonesia. Tindakan itu diperkuat oleh Komite Nasional Indonesia daerah
Yogyakarta yang mengumumkan berdirinya pemerintah RI di Yogyakarta. Pada
tanggal 7 Oktober 1945, rakyat dan BKR merebut tangsi Otsukai Butai.
Pertempuran
Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang
merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945. Pertempuran Lima
Hari di Semarang diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara
Jepang yang akan dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara
Jepang ke wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang.
Apalagi kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah
Candi. Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang
telah meracuni persediaan air minum di daerah Candi. Untuk membuktikan
desas-desus itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum
tersebut. Ketika sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia
gugur. Peristiwa ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran
Lima Hari di Semarang. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 2. 000 rakyat
Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri
setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut
akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang
pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan
melucuti senjata Jepang.
Pertempuran
di Kalimantan
Di Kalimantan dukungan Proklamasi
Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi, pengibaran Bendera Merah-Putih dan
mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945 dengan beraninya sekitar 8000
orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera Merah-Putih.
Pertempuran
di Makassar
Para pemuda mendukung Gubernur
Sulawesi, Dr. Sam Ratulangi dengan merebut gedung-gedung Vital dari tangan
polisi. Di Gorontalo para pemuda berhasil merebut senjata dari markas-markas
Jepang pada 13 Sepember 1945. Di Sumbawa pada bulan Desember 1945, rakyat berusaha
merebut markas-markas Jepang. Pada 13 Desember 1945 secara serentak para pemuda
melakukan penyerangan terhadap Jepang.
Pertempuran
di Aceh
Di Aceh pada 6 Oktober 1945 para
pemuda dan tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). 6 hari kemudian
Jepang melarang berdirinya organisasi tersebut. Pimpinan pemuda menolak dan
timbulah pertempuran. Para pemuda mengambil alih kantor-kantor pemerintah
Jepang, melucuti senjatanya dan mengibarkan Bendera Merah-Putih.
Pertempuran
di Palembang
Di Palembang pada 8 Oktober 1945
Dr. A. K. Gani memimpin rakyat mengadakan upacara pengibaran Bendera
Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Palembang dilakukan tanpa Insiden.
Pertempuran
di Sumbawa
Pada bulan Desember 1945, para
pemuda Indonesia di Sumbawa melakukan aksi. Mereka melakukan perebutan terhadap
pos-pos militer Jepang, yaitu terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.
Tindakan Heroik Terhadap Sekutu
Peristiwa
bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945,
terjadi insiden bendera di hotel Yamato, yaitu peristiwa penyobekan bendera
Belanda merah putih biru, menjadi bendera merah putih. Peristiwa itu disebut
Insiden Bendera atau Insiden Tunjungan.
Lalu, saat terbunuhnya Jenderal
Mallaby pada tanggal 28 Oktober 1945, pihak sekutu menuduh para pemuda Indonesia
yang menuduhnya. Inggris mengeluarkan ultimatum agar pemuda Indonesia yang
merasa membunuh menyerahkan diri sampai batas waktu tanggal 10 November 1945.
Karena ultimatum tidak ditanggapi maka terjadi pertempuran antar Sekutu dengan
Arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo untuk
mempertahankan Surabaya dari gempuran sekutu hampir satu bulan lamanya.
Akhirnya, tanggal 10 November dijadikan sebagai Hari Pahlawan.
Peristiwa
Bandung Lautan Api
Pertempuran ini terjadi pada tanggal
10 Oktober 1945 di kota Bandung, disebabkan oleh adanya tuntutan sekutu agar
para pemuda menyerahkan senjata dan meninggalkan kota Bandung paling lambat 29
November 1945. Pasukan TRI akhirnya menyerbu Sekutu serta membumi hanguskan
kota Bandung Selatan. Tokoh dalam Bandung Lautan Api diantaranya : Kol. A. H.
Nasution, Kol. Hidayat, Moh. Toha, dan Aruji Kartawinata.
Peristiwa
Medan Area
Tentara yang dipimpin oleh
Jenderal Ted Kelly mendarat di Medan dan ternyata diboncengi oleh tentara NICA
yang dipimpin oleh Kapten Westerling. Mereka menuntut para pemuda menyerahkan
senjatanya, namun tidak dipenuhi sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 13
Oktober 1945.
Pertempuran
Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang
merupakan pertempuran besar yang terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.
Pertempuran Lima Hari di Semarang
diawali dari peristiwa kaburnya para tawanan bekas tentara Jepang yang akan
dijadikan buruh pabrik di daerah Cepiring. Kaburnya tentara-tentara Jepang ke
wilayah Semarang ini menimbulkan ketakutan pada diri rakyat Semarang. Apalagi
kemudian Jepang menguasai pusat persediaan air yang ada di daerah Candi.
Keadaan semakin meresahkan rakyat saat tersiar desas-desus bahwa Jepang telah
meracuni persediaan air minum di daerah Candi.
Untuk membuktikan desas-desus
itu, Dr. Karyadi memberanikan diri untuk memeriksa air minum tersebut. Ketika
sedang melakukan pemeriksaan, ia ditembak Jepang dan kemudia gugur. Peristiwa
ini menimbulkan amarah rakyat sehingga berkobarlah pertempuran Lima Hari di
Semarang.
Dalam pertempuran tersebut,
sebanyak 2. 000 rakyat Semarang menjadi korban dan 100 orang Jepang tewas.
Pertempuran ini berhasil diakhiri
setelah pimpinan TKR berunding dengan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut
akhirnya lebih dipercepat setalah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang
pada tanggal 20 Oktober 1945. Untuk selanjutnya, pasukan Sekutu menawan dan
melucuti senjata Jepang.
Peristiwa
Palagan Ambarawa
Pertempuran ini terjadi tanggal
21 November sampai 15 Desember 1945. Pertempuran terjadi antara TKR dengan
Belanda dan Sekutu. Pertempuran bermula ketika tentara Sekutu secara sepihak
membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan di Magelang dan Ambarawa. Setelah
mendapat bantuan dari Devisi V pimpinan Kolonel Soedirman, pasukan Sekutu dapat
dipukul mundur. Untuk mengenang pertempuran ini, didirikan monument dan museum
Palagan Ambarawa.
Pertempuran
Margadana di Bali
Pertempuran ini terjadi di desa
Margadana pada tanggal 18 November 1946 yang dipimpin oleh I Gusti Ngura Rai
dengan pasukannya Ciung Wanara. Peristiwa ini terjadi karena menentang
pembentukan NIT. Dalam pertempuran ini, I Gusti Ngurah Rai mengadakan
perlawanan habis-habisan sehingga disebut dengan Perang Puputan.
Pertempuran
di Biak
Rakyat Irian (Papua Barat) di
berbagai kota di seperti Jayapura, Sorong, Serui, dan Biak member sambutan
hangat dan mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 14 Maret
1948, terjadi pertempuran antara rakyat Biak dengan tentara NICA. Peristiwa ini
diawali dari penyerangan tangsi militer Belanda di Sosido dan Biak yang
dilakukan oleh rakyat. Para pemuda yang dipimpin Joseph berusaha mengibarkan
bendera merah putih di seluruh Biak. Serangan itu gagal dan dua orang
pemimpinnya dihukum mati, sedangkan yang lainnya dihukum seumur hidup.
SEJARAH ( Dukungan Spontan dan
Tindakan Heroik di Berbagai Daerah terhadap Pembentukan Negara dan Pemerintah
Republik Indonesia )
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan perwujudtan niat dan
tekad rakyat Indonesia untuk merdeka melepaskan diri dari penjajahan.
Proklamasi Kemerdekaan, menimbulkan tanggapan dari rakyat Indonesia berupa
gerakan spontan rakyat Indonesia yang mendukung Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Rakyat Indonesia berupaya menegakkan kedaulatan Indonesia yang baru
saja merdeka.
Dukunagn spontan tersebut
bertujuan untuk mengusahakan secepat mungkin tegaknya kekuasaan Republik
Indonesia baik ditingkat pusat maupun di daerah sehingga rakyat Indonesia
berani menghadapi baik dengan pasukan Sekutu maupun Jepang yang masih berada di
Indonesia. Wujud dukungan spontan rakyat Indonesia, sebagai berikut :
1. Rapat Raksasa di Lapangan
Ikada
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 memunculkan permasalahan baru. Belanda sangat
menampakan ketidak setujuannya atas kemerdekaan Indonesia. Belanda menunjukan
keinginannya untuk berkuasa kembali atas wilayah anah air Indonesia. Dipihak
lain sekutu yang semula hanya berkepentingan dengan Jepang justru mendukung
keinginan Belanda. Pemerintah Jepang sendiri, tanggal 10 September 1945 telah
mengumumkan akan menyerahkan Indonesia pada Sekutu.
Menghadapi kenyataan tersebut
para pemuda yang tergabung dalam komite Van Acctie Menteng 31 berperan sebagai
pelopor gerakan pemuda di Jakarta. Memunculkan gagasan untuk mengerahkan massa
dalam suatu rapat raksasa di Lapangan Ikada dan rakyat siap mendengarkan pidato
para pemimpin bangsa Indonesia. Suasana di Lapangan Ikada menjadi tegang setelah
pasukan Jepang datang dan mengepung lengkap dengan senjatanya sehingga sewaktu
– waktu dapat terjadi bentrokan dan pertumpahan darah.
Dalam rapat Presiden Soekarno
mengemukakan pidatonya dengan inti :
a. Meminta dukungan dan
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah Republik Indonesia.
b. Menuntut rakyat untuk mematuhi
kebijakan – kebijakan pemerintah dengan disiplin.
c. Memerintahkan rakyat untuk
bubar meninggalkan lapangan dengan tenang.
Perintah yang dikeluarkan
Presiden Soekarno dipatuhi sehingga rapat raksasa
diLapangan Ikada berakhir dengan
aman dan tertib.
Makna yang sangat besar pada
Rapat raksasa di Lapangan Ikada :
a. Rapat berahasil mempertemukan
pemerintah RI dengan rakyat.
b. Rapat merupakan perwujudtan
kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
c. Rapat berhasil menggugah
kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia sendiri.
2. Pernyataan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX
Pada masa penjajahan
Hindia-Belanda, Kesultanan Yogyakarta merupakan salah satu pecahan dari
Kerajaan Mataram akibat perjanjian Giyanti tahun 1755 dan Perjanjian Salatiga
tahun 1757. Sekitar tahun 1945 Kesultanan Yogyakarta berada di bawah pimpinan
Sultan Hamengkubowono IX.
Ketika Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia mulai tersebar di penjuru tanah air, Sultan Hamengkubowono IX spontan
menyatakan bahwa Yogyakarta tergabung dengan Republik Indonesia.
Tanggal 5 September 1945 Sultan
Hamengkubowono IX mengeluarkan pernyataan sebagai bentuk dukungan terhadap
Republik Indonesia, sebagai berikut :
a. Negeri Yogyakarta Hadiningrat
yang bersifat kerajaan adalah daerah istimewa bagian dari negara Republik
Indonesia.
b. Hubungan antara Yogyakarta
dengan pemeritah pusat negara Indonesia bersifat langsung dan akan bertanggung
jawab langsung kepada presiden Republik Indonesia.
c. Sultan Hamengkubowono IX
memerintahkan segenap penduduk Yogyakarta untuk mengindahkan amanat tersebut.
3. Tindakan Heroik di Berbagai
Daerah sebagai Bentuk Dukungan terhadap Negara dan Pemerintah RI.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 mendapat dukungan dari rakyat
Indonesia yang melahirkan keberanian untuk menegakkan kedaulatan Indonesia di
wilayah masing – masing. Cara yang dilakukan, dengan melakukan tindakan –
tindakan kepahlawanan ( heroik ) di berbagai tempat di Indonesia. Rakyat
Indonesia segera merebut tempat – tempat strategis yang masih dikuasai oleh
Jepang, berusaha melucuti senjata Jepang dengan tujuan :
a. Mendapatkan senjata sebagai
modal perjuangan selanjutnya.
b. Mencegah agar senjata Jepang
tidak jatuh ke tangan Sekutu/Belanda.
c. Mencegah agar senjata Jepang
tidak digunakan untuk membunuh rakyat.
Beberapa tindakan Heroik di
Indonesia :
a. Tindakan heroik di Yogyakarta
Tanggal 26 September 1945, sejak
pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai
Jepang melaksanakan aksi mogok. Memaksa agar orang – orang Jepang menyerahkan
aset dan kantornya kepada orang Indonesia.
Tanggal 27 September 1945 Komite
Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah
tersebut telah di tangan Pemerintah Republik Indonesia, hari itu diterbitkan
surat kabar Kedaulatan Rakyat.
b. Tindakan Heroik di Surabaya /
Insiden Bendera
Tanggal 19 September 1945, orang
orang Belanda mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato sehingga memancing
kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan
Residen Sudirman untuk menurunkan bendera ditolak. Bentrokan tak dapat
dihindarkan. Beberapa orang pemuda berhasil memanjat atap hotel serta
menurunkan bendera Belanda, merobek warna biru dan mengibarkan kembali bendera
Merah Putih ke tempatnya semula.
c. Tindakan Heroik di
Semarang/Pertempuran 5 Hari di Semarang
Terjadi tanggal 15 -20 Oktober
1945. Pertempuran berawal dari adanya bentrokan antara polisi Indonesia dengan
tentara Jepang dan adanya desas desus bahwa Jepang meracuni cadangan air minum
di daerah Candi ( daerah Semarang bagian selatan ). Dr. Karyadi yang sedang
memeriksa cadangan air minum tersebut ditembak oleh pasukan Jepang sehingga
menimbulkan kemarahan rakyat. Terjadilah pertempuran selama 5 hari yang banyak
menimbulkan korban. Untuk mengenang peristiwa tersebut dan mengenang keberanian
para pemuda maka didirikan Monumen Tugu Muda.
d. Tindakan Heroik di Makasar
Tanggal 19 Agustus 1945,
rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapinia, Bulukumba.
Setelah sampai di Ujung Pandang, Gubernur segera membentuk pemerintahan daerah.
Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Para pemuda
mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung – gedung vital seperti
studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda terdiri dari kelompok Barisan
Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas Kaigun Heiho dan pelajar SMP. Tanggal 28
Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut pasukan
Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut
gerakan pemuda dipindahkan dari Ujung Padang ke Polombangkeng.
e. Tindakan Heroik di Bali
Para pemuda Bali membentuk
berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia ( PRI ),
pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia
melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dan pasukan Jepang. Tanggal 13
Desember 1945 dilakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari tangan
Jepang meskipun gagal.
f. Tindakan Heroik di Banda Aceh
Sejak tanggal 6 Oktober 1945 para
pemuda membentuk Angkatan Muda Indonesia ( API ) segera bergerak mengambil alih
dan merebut kantor – kantor pemerintahan yang masih dikuasai oleh Jepang. Di
tempat yang sudah berhasil direbut, dikibarkan bendera Merah Putih. Dibeberapa
tempat mereka juga berhasil melucuti senjata Jepang.
g. Tindakan Heroik di Bandung
Diawali dengan usaha para pemuda
untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW (Artillerie Constructie
Winkel, sekarang Pindad). Berlangsung sampai pasukan Sekutu datang tanggal 17
Oktober 1945.
h. Tindakan Heroik di Sumatra
Selatan
Tanggal 8 Oktober 1945 Residen
Sumatra Selatan Dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu
upacara menaikan bendera Merah Putih. Diumumkan Juga bahwa seluruh Karisidenan
Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia. Perbutan
kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden sebab orang-orang Jepang telah
menghindar saat terjadi demonstrasi.
i. Tindakan Heroik di Sulawesi
Utara
Tanggal 14 Februari 1946, para
pemuda Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasuka Pemuda Indonesia (PPI)
mengadakan gerakan Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka
membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu,
Wuisan, Sumanti, G.A Maengkom, Kusno Dhanupojo, G.E. Duhan, juga menahan
Komandan Garnisun Menado dan semua pasukan Belanda di Teling dan Penjara
Manado. Diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di
Tomohon dan Tordano. Berita dan perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke
Pemerintah Pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan maklumat no 1
yang ditandatangi oleh Ch.Ch.Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16
Februari 1946 sebagai rasiden dipilih B.W. Lapian.
j. Tindakan Heroik di Pulau
Sumbawa
Bulan Desember 1945, para pemuda
berusaha merebut senjata dari pasukan Jepang sehingga terjadi bentrokan dengan
tentara Jepang di daerah Gempe dan Sape.
k. Tindakan Heroik di Kalimantan
Di beberapa kota Kalimantan mulai
timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang
sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktifitas
politik seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana
Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tetap melaksanakannya.
Tanggal 14 November 1945, sejumlah tidak kurang 8000 orang berkumpul di depan
komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
l. Tindakan Heroik di Gorontalo
Tanggal 13 September 1945 di kota
Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas – markas Jepang. Kedaulatan
Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
4. Pembentukan Lembaga – lembaga
Pemerintah di Daerah
Dalam naskah asli UUD 1945 pasal
18 disebutkan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil
dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang – undang dengan
memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara
dan hak – hak asal usul dalam daerah – daerah yang bersifat istimewa. Untuk
itulah pemerintah RI berusaha membentuk dan menyempurnakan lembaga lembaga
pemerintahan di daerah – daerah. Tindakan-tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Mengluarkan peraturan
perundang undangan mengenai lembaga pemerintah daerah yang diinstruksikan
presiden dan wakil presiden lewat radio.
b. Soekarno, Hatta dan Syahrir
dalam waktu-waktu tertentu berkeliling ke daerah-daerah untuk memasyarakatkan
pembentukkan lembaga-lembaga pemerintah daerah.
Instruksi tersebut
ditindaklanjuti Sultan Hamengkubowono IX dengan menyusun kembali struktur,
fungsi, dan personalia pemerintahan daerah Yogyakarta yang lepas dari kontrol
Jepang. Awal Desember 1945 dimulai pembenahan yang tersusun menjadi :
a. Daerah Istimewa Yogyakarta
b. Kabupaten
c. Kapanewon
d. Kelurahan
Sejak April 1946, lembaga
eksekutif didampingi legislatif tersusun menjadi :
a. Provinsi dikepalai Gubernur
b. Kotamadya/Kabupaten dikepalai
Walikota/Bupati
c. Kecamatan dikepalai Camat
d. Desa/Kelurahan dikepalai
Kepala Desa/Lurah.
Mendeskripsikan Sambutan Masyarakat Boyolali Setelah
Mendengar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Melakukan serangan pembalasan
diseluruh pangkalan Jepang. Kerena posisi makin tersedak, maka Jepang bersiap -
siap membuat pertahanan terakhir dan membuat persembunyian di daerah - daerah
jika sewaktu - waktu sekutu berhasil menguasainya.
Pada situasi itu Boyolali
dijadikan tempat pertahanan dan perlindungan, bahkan mungkin untuk seluruh
Karesidenan Surakarta dipusatkan di Boyolali. Tempat – tempat pertahanan maupun
persembunyian itu antara lain :
a. Daerah Kecamatan Musuk : Tampir, Gares,
Sukorame,. Tempat ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan bermacam –
macam kebutuhan harian.
b. Kecamatan Cepaga, dibuat goa – goa yang
dapat membuat beribu – ribu orang. Gua itu terletak di lereng gunung Merapi
bagian Timur.
c. Kecamatan Nogosari : Glonggong, Gunung Madu
terdapat gua – gua untuk menyimpan senjata.
d. Bangak, Kecamatan Banyudono, terdapat
gudang mesin
e. Bulu, Simo, Wonosegoro, juga dibuat gua –
gua untuk persiapan gerilya, serta di Teras dibuat persiapan lapangan terbang.
(Sarjono,11-10-1981;Mandani 16-10-1981).
Dalam membuat pertahanan, Jepang
menggunakan tenaga rakyat secara paksa dibawah todongan senjata tentara Jepang.
Mereka hanya diberi makan sehari sekali dengan setengah panci grontol jagung (
Soewarso, 1976 : 27). Oleh karena itu tidak mengherankn apabila beratus-ratus
rakyat meninggal dunia dalam melakukan kerja paksa tersebut. Tidak mengherankan
pula kalau kejadian tersebut menimbulkan rasa dendam yang membara dihati
rakyat, yang pada suatu saat bisa meledak menjadi satu perlawanan terhadap
kekuasaan pendudukan tentara Jepang. Dalam hal ini peranan pemuda memegang
peranan penting di dalam perebutan kekuasaan di daerah Boyolali.
Berita tentang persiapan
Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda Boyolali,
utusan pemuda Markas Besar Barisan Pelopor jakarta, yaitu Supeno, tanggal 16
Agustus 1945. Jadi sehari sebelum Proklamasi dicetuskan (Mandani, 16-10-1981;
Harbuntalib, catatan pribadi, 17-10-1974). Menyambut adanya berita proklamasi
dari Jakarta, para pemuda Barisan Pelopor dan Poetra Boyolali berkumpul di
rumah Mandani untuk menyusun rencana kerja yang akan dilakukan.
Berita proklamasi tanggal 17
Agustus 1945 diterima terlambat oleh daerah, karena alat-alat perhubungan pada
masa itu sulit dan mendapatkan rintangan dari pemerintah Jepang. Di Boyolali
karena sebelumnya telah mendapatkan berita, maka pada 17 Agustus 1945 para
pemuda dengan radio yang disimpan secara rahasia di Barisan Pelopor, dapat
mengikuti Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta ( Mandani, 16-10-1981).
Markas Cabang Barisan Pelopor di
Boyolali berpusat dirumah Amongwardoyo, jalan Merbabu Boyolali. Dengan radio
gelap itulah para anggota Barisan Pelopor mengetahui pidato Bung Karno tentang
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Berita itu segera disiarkan dengan
bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI). Pada tanggal 19 Agustus 1945 ada
seorang pemuda dari Solo bernama Indromarjoko, memberikan plakat-plakat tentang
kemerdekaan dan Lencana Merah Putih untuk ditempelkan pada dinding
gedung-gedung di tepi jalan. Dengan tindakan demikian berarti memberikan
penerangan kepada masyarakat tentang telah adanya proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Disamping itu para pemuda secara
sepontan mengibarkan bendera merah putih yang pertama kali di halaman kantor
kabupaten, setelah didahului dengan penurun bendera Jepang. Pengibar benderanya
: Mandani dan Amongwardoyo dengan disaksikan oleh RNg.Swonopranoto,
Harbuntalib, Soebagiyo, Sutrisno, Kunto Sudarsono, dan beberapa orang yang lain
( Wardoyo, 26-10-1981; Mandani, 16-10-1981; Sutrisno 23-01-1982)
Pada sore harinya bendera
diturunkan oleh bipati Boyolali RT Reksonagoro. Bahkan karena adanya ultimatum
dari bupati tersebut maka pengibran bendera merah putih dipindahkan kesebelah
selatan Benteng Renovatum, yang sekarang bernama lapangan Olahraga Kridanggo.
Piket penjagaan bendera diadakan dan diatur secara terus menerus bergiliran.
Dengan adanya larangan pengibaran bendera tersebut kiranya justru merupakan
cambuk tumbuhnya semangat nasional merebut pemerintahan dari tangan Jepang (
Sastosuroso, 16-02-1982)
Hal tersebut terbukti, karena
tidak lama kemudian terjadi peristiwa “Penyerobotan Kekuasaan“ dari tangan
Bupati RT Reksonagoro oleh para pemuda. Memang pelaksanaan menegakkan
pemerintahan Republik di daerah Boyolali yang dialkukan oleh para pemuda
menghadapi dua hal yang harus segera diatasi, yaitu : pengambilan alihan
kekuasaan dari pemerintah Pangreh Praja kasunanan dan pemindahan kekuasaan dari
tangan Jepang.
identifikasi proses terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sejak proklamasi hingga akhir 1945
A. KEKALAHAN JEPANG DAN
KEKOSONGAN KEKUASAAN
Perang Dunia II terjadi setalah
Jepang membombardir Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hancurnya Pearl
Harbour, ternyata memudahkan Jepang untuk mewujudkan citacitanya, yaitu
membentuk persekemakmuran Asia Timur
Raya. Daerah-daerah di Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
berhasil diduduki oleh Jepang. Pembentukan Persekemakmuran Asia Timur Raya
berhasil diwujudkan, meskipun hanya untuk sementara.
Serangan Jepang ke Indonesia
(Hindia Belanda) pertama-tama terjadi 11 Januari 1942 dengan mendarat di
Tarakan (Kalimantan Timur). Balikpapan yang merupakan daerah yang kaya akan
minyak bumi, jatuh ketangan Jepang 24 Januari 1942, disusul kemudian Pontianak
29 Januari 1942, Samarinda 3 Pebruari 1942, Banjarmasin 10 Pebruari 1942. Dalam
perkembangannya, Jepang mulai mengalami kesulitan, terutama setelah Amerika
Serikat menarik sebagian pasukannya dari Eropa. Pada bulan Mei 1942, serangan
Jepang terhadap Australia dapat dihentikan karena tentara Jepang menderita
kekalahan dalam pertempuran Laut Koral (Karang). Serangan Jepang terhadap Hawai
juga dapat digagalkan oleh tentara Amerika Serikat dalam pertempuran di Midway
pada bulan Juni 1942. Kekalahan Jepang terhadap Sekutu, dengan ditanda
tanganinya perjanjian Post Dam, maka secara resmi Jepang menyerahkan kekuasaan
pada Sekutu. Dengan demikian di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan.
Kesempatan ini oleh bangsa Indonesia dimanfaatkan
untuk memproklamasikan
kemerdekaan.
Untuk mengakhiri peperangan ini,
maka pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom yang
pertama di atas kota Hirosyima. Tiga hari kemudian, tanggal 9 Agustus 1945, bom
atom kedua dijatuhkan lagi di atas Nagasaki. Akibatnya bukan saja membawa
kerugian material, karena hancurnya kedua kota tersebut dan banyaknya penduduk
yang menemui ajalnya. Tetapi secara politis telah mempersulit kedudukan Kaisar
Hirohito, karena harus dapat menghentikan peperangan secepatnya guna
menghindari adanya korban yang lebih banyak lagi. Hal ini berarti bahwa Jepang
harus secepatnya menyerah kepada Sekutu atau Serikat. Akhirnya Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
B. PERSIAPAN KEMERDEKAAN
INDONESIA
Karena terjadi kekalahan Jepang
terhadap Sekutu dalam beberapa pertempuran seperti yang disebutkan diatas, maka
Jepang mulai ngobral janji. Janji itu dikenal dengan janji kemereekaan. Bila
bangsa Indonesia mau membantu Jepang dalam menghadapi Sekutu, maka kelak
kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. Untuk mengawalinya dibentuklah Badan
yang bertugas menyiapkan segala sesuatu berkaitan dengan kemerdekaan yang
dijanjikan. Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI yang dlam perkembangannya
berubah menjadi PPKI.
Tanggal 15 Agustus 1945, Jepang
menyerah kepada Sekutu tanpa syarat (unconditional surrender). Hal ini
diumumkan oleh Tenno Heika melalui radio. Kejadian itu jelas mengakibatkan
pemerintah Jepang tidak dapat meneruskan janji atau usahanya mengenai
kemerdekaan Indonesia. Soal terus atau tidaknya usaha mengenai kemerdekaan Indonesia
tergantung sepenuhnya kepada para pemimpin bangsa Indonesia. Sementara itu
Sutan Sjahrir sebagai seorang yang mewakili pemuda merasa gelisah karena telah
mendengar melalui radio bahwa Jepang telah kalah dan memutuskan untuk menyerah
pada Sekutu. Sjahrir termasuk tokoh pertama yang mendesak agar proklamasi
kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan oleh Sukarno-Hatta tanpa harus
menunggu janji Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Sukarno,
Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dari Dalat (Saigon), maka ia segera datang ke
rumah Hatta dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tanpa
harus menunggu dari pemerintahan Jepang. Hatta tidak dapat memenuhi permintaan
Sjahrir maka diajaknya ke rumah Sukarno. Namun Sukarno belum dapat menerima
maksud Sjahrir dengan alasan bahwa Sukarno hanya bersedia melaksanakan
proklamasi, jika telah diadakan pertemuan dengan anggota-anggota PPKI lain.
Dengan demikian tidak menyimpang dari rencana sebelumnya yang telah disetujui
oleh pemerintah Jepang. Selain itu Sukarno akan mencoba dulu untuk mengecek
kebenaran berita kekalahan Jepang tersebut.
C. PERISTIWA RENGASDENGKLOK
Sikap Sukarno dan Hatta tersebut
memang cukup beralasan karena jika proklamasi dilaksanakan di luar PPKI, maka
Negara Indonesia Merdeka ini harus dipertahankan pada Sekutu yang akan mendarat
di Indonesia dan sekaligus tentara Jepang yang ingin menjaga status quo sebelum
kedatangan Sekutu. Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda)
bertemu dengan para pemuda seperti: Sukarni, BM Diah, Sayuti Melik dan
lain-lain.
Kelompok muda menghendaki agar
Sukarno-Hatta (golongan tua) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Menurut golongan muda, tidak seharusnya para pejuang kemerdekaan Indonesia
menunggu-nunggu berita resmi dari Pemerintah Pendudukan Jepang. Bangsa
Indonesia harus segera mengambil inisiatifnya sendiri untuk menentukan strategi
mencapai kemerdekaan. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu
ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15
Agustus 1945, pukul 20.30. Hadir antara lain Chaerul Saleh, Djohar Nur,
Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat itu dipimpin
oleh Chaerul Saleh dengan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan
pemuda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat
Indonesia sendiri. Yang mendapat kepercayaan dari teman-temanya untuk menemui
Sukarno adalah Wikana dan Darwis.
Oleh Wikana dan Darwis, hasil
keputusan itu disampaikan kepada Sukarno jam 22.30 di kediamannya, Jalan
Pegangsaan Timur, No 56 Jakarta. Namun sampai saat itu Sukarno belum bersedia
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa PPKI. Di sini terjadi perdebatan
sengit antara Sukarno dengan Wikana dan Darwis. Dalam perdebatan itu Wikana
menuntut agar proklamasi dikumandangkan oleh Sukarno pada keesokan harinya.
Peristiwa ini menunjukkan adanya
ketegangan antara kelompok tua dengan kelompok muda yang memiliki sifat,
karakter, cara bergerak, dan dunianya sendiri-sendiri. Perbedaan pendapat itu
tidak hanya berhenti pada adu argumentasi, tetapi sudah mengarah pada tindakan
pemaksaan dari golongan muda. Tentu saja semua itu demi kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda itu kembali
mengadakan pertemuan dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat sehubungan
dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini masih dipimpin oleh Chaerul
Saleh yang tetap pada pendiriannya bahwa kemerdekaan harus tetap diumumkan dan
itu harus dilaksankaan oleh bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti yang
direncanakan oleh Jepang. Orang yang dianggap paling tepat untuk melaksanakan
itu adalah Soekarno-Hatta. Karena mereka menolak usul pemuda itu, pemuda
memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota yaitu Rengasdengklok, letaknya
yang terpencil yakni 15 km ke arah jalan raya Jakarta-Cirebon. Menurut jalan
pemikiran pemuda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh
ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk
memproklamirkan kemerdekaan ini dilakukan.
Pemilihan Rengasdengkolk sebagai
tempat pengamanan Soekarno-Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara
anggota Peta Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak
mereka mengadakan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya
terpencil. Dengan demikian akan dapat dilakukan deteksi dengan mudah terhadap
setiap gerakan tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok, baik yang
datang dari arah Jakarta, maupun dari arah Bandung atau Jawa Tengah. Tujuan
penculikan kedua tokoh ini selain untuk mengamankan mereka dari pengaruh
Jepang, juga agar keduanya mau segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia
terlepas dari segala ikatan dengan Jepang. Pada dasarnya Soekarno dan Hatta
tidak mau ditekan oleh anak-anak muda itu, sehingga mereka tidak mau memproklamirkan
kemerdekaan. Dalam suatu pembicaraan dengan Shodanco Singgih, Soekarno memang
menyatakan kesediannya untuk mengadakan proklamasi segera setelah kembali ke
Jakarta. Melihat sikap Soekarno ini, maka para pemuda berdasarkan rapatnya yang
terakhir pada pukul 00.30 waktu Jawa jaman Jepang (24.00 WIB) tanggal 16
Agustus 1945 terdapat
keputusan akan menghadakan
penculikan terhadap Soekarno dan Hatta dalam rangka upaya pengamanan supaya
tidak terpengaruh dari segala siasat Jepang. Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
04.30 (waktu Jepang) atau pukul 04.00 WIB penculikan (menurut golongan tua)
dilaksanakan. Tidak diketahui secara jelas siapakah yang memulai peristiwa ini.
Ada yang mengatakan Sukarni-lah yang membawa Soekarno-Hatta dini hari ke
Rengasdengklok. Menurut Soekarno Sjahrir-lah yang menjadi pemimpin penculikan
dirinya dengan Hoh. Hatta.
Walaupun sudah diamankan ke
Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap dengan pendiriannya. Sikap teguh
Soekarno-Hatta itu antara lain karena mereka belum percaya akan berita yang
diberikan oleh pemuda serta berita resmi dari Jepang sendiri belum diperoleh.
Seorang utusan pemuda yang bernama Yusuf Kunto dikirim ke Jakarta untuk
melaporkan sikap Soekarno-Hatta dan sekaligus untuk mengetahui persiapan
perebutan kekuasaan yang dipersiapkan pemuda di Jakarta.
Achmad Subardjo datang ke
Rengasdengklok dan berhasil menyakinkan para pemuda bahwa proklamasi pasti akan
diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehingga pada tangal
16 Agustus 1945 malam hari Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Sementara
itu di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua, yakni Achmad
Soebardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di
Jakarta.
Laksamana Muda Maeda bersedia
untuk menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Berdasarkan
kesepakatan itu Jusuf Kunto dari pihak pemuda dan Soebardjo yang diikuti oleh
sekretaris pribadinya mbah Diro (Sudiro) menuju Rengasdengklok untuk menjemput
Soekarno. Semua ini dilakukan tidak lepas dari rasa prihatin sebagai orang
Indonesia, sehingga terpanggil untuk menghusahakan agar proklamasi kemerdekaan
Indonesia dapat dilaksanakan secepat mungkin.
Namun sebelumnya perlu
mempertemukan perbedaan pendapat antara golongan tua dan muda. Untuk itu maka Soekarno
dan Hoh. Hatta harus terlebih dahulu kembali dari Rengasdengklok ke Jakarta.
Rombongan yang terdiri dari Achmad Soebardjo, Sudiro dan Yusuf Kunto segera
berangkat menuju Rengasdengklok, tempat dimana Soekarno dan Moh.Hatta diamankan
oleh pemuda. Rombongan tiba di Rengasdengklok pada jam 19.30 (waktu Tokyo) atau
18.00 (waktu Jawa Jepang) atau pukul 17.30 WIB dan bermaksud untuk menjemput
dan segeramembawa Seoekarno-Hatta pulang ke Jakarta. Perlu ditambahkan juga,
disamping Soekarno dan Hatta ikut serta pula Fatmawati dan Guntur Soekarno
Putra. Peranan Achmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa ini, karena mampu
mempercayakan para pemuda, bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya
paling lambat pukul 12.00 WIB. Ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya
sebagai taruhannya. Akhirnya Subeno komandan kompi Peta setempat bersedia
melepaskan Soekarno-Hatta ke Jakarta. Achmad Subardjo adalah seorang yang dekat
dengan golongan tua maupun muda,bahkan dia juga sebagai penghubung dengan
pemuka angkatan laut Jepang Laksamana Madya Maeda. Dan melalui dia, Maeda
menawarkan rumahnya sebagai tempat yang amandan terlindung untuk menyusun
naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik yang sudah lama ditunggu-tunggu.
Film Peristiwa Rengasdengklok
D. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI
Bertitik tolak dari keadaan yang
demikian, kedudukan Maeda baik secara resmi maupun pribadi menjadi sangat
penting. Dan justru dalam saat-saat yang genting itu, Maeda telah menunjukkan
kebesaran moralnya. Berdasarkan keyakinan bahwa kemerdekaan merupakan aspirasi
alamiah dan yang tidak terhindarkan dukungannya kepada tujuan kebebasan
Indonesia. Di tempat kediaman Maeda Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta teks
prokamasi ditulis. Kalimat yang pertama yang berbunyi “Kami rakyat Indonesia
dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “Kami bangsa
Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” berasal dari Achmad
Subardjo. Kalimat kedua oleh Soekarno yang berbunyi “Halhal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang
secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Kedua kalimat
ini kemudian digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi
seperti teks proklamasi yang kita miliki sekarang.Sekarang timbullah masalah
siapakah yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno menyarankan agar
semua yang hadir menandatangai naskah proklamasi itu selaku “Wakil-wakil Bangsa
Indonesia”. Saran itu mendapat tantangan daripara pemuda. Kemudian Sukarni
selaku salah seorang pimpinan pemuda mengusulkan, agar Soekarno-Hatta
menandatangani atas nama bangsa Indonesia. Usul ini diterima dengan suara
bulat. Selanjutnya Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah
tulisan tangan tersebut.
E. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Sebelum teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dibacakan, terlebih dahulu Soekarno menyampaikan
pidatonya, lengkapnya sebagai berikut:
Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara
hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan
tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk
mentjapai kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita
tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang,
usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam
djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka.
Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita
pertjaja kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita
benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita
sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat
berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat
dengan pemuka-pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan
itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan
kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami
njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami:
Ada tiga perubahan yang terdapat
pada naskah yaitu kata tempoh diganti menjadi tempo, sedangkan wakil-wakil
bangsa Indonesia diganti dengan Atas nama Bangsa Indonesia dan Djakarta 17-8-05
menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi ini akhirnya
diproklamirkan pada hari Jumat Legi pada pukul 10.00 WIB di Jalan pegangsaan
Timur No.56 Jakarta. Dalam peristiwa proklamasi itu, disusunlah acara sebagai berikut:
Pembacaan Proklamasi.
Disampaikan oleh Soekarno,
kemudian dilanjutkan dengan pidato singkat berbunyi:Demikianlah,
saudara-saudara !
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang
mengikat tanah-air kita bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun
Negara kita! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, medeka kekal dan
abadi.
Insya allah, Tuhan memberkati
kemerdekaan kita itu!
Pengibaran bendera Merah Putih.
Pengibaran dilaksanakan oleh
Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta menyanyikan lagu
Indonesia Raya, sehingga sampai sekarang pengibaran bendera Merah Putih dalam
setiap upacara bendera selalu diiringi dengan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Sambutan Wali Kota Suwirjo dan
dr. Muwardi.
Peristiwa besar tersebut hanya
berlangsung lebih kurang satu jam lamanya. Namun demikian pengaruhnya besar
sekali, sebab perstiwa tersebut telah membawa perubahan yang luar biasa dalam
kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu bukan hanya
sebagai tanda bahwa sejak itu bangsa Indonesia telah merdeka, tetapi di sisi
lain juga merupan detik penjebolan tertib hukum kolonial dan sekaligus detik
pembangunan bagi tertib hukum nasional, suatu tertib hukum Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan itu merupakan salah satu sarana untuk merealisasikan
masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur, serta untuk ikut
membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi, bebas dari segala penghisapan
manusia oleh manusia dan bangsa oleh bangsa lain.
F. MAKNA PROKLAMASI
Menurut kalimat-kalimat yang
terdapat di dalam teks Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 berisi suatu
pernyataan kemerdekaan yang memberi tahu kepada bangsa Indonesia sendiri dan
kepada dunia luar, bahwa saat itu bangsa Indonesia telah merdeka, lepas dari penjajahan.
Bangsa Indonesia benar-benar telah siap untuk mempertahankan kemerdekaan yang
telah diproklamasikannya itu, demikian juga siap untuk mempertahankan negara
yang baru didirikan tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh kalimat pertama pada
naskah
proklamasi yang berbunyi: “Kami
banga Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Apabila
ditelaah, maka proklamasi kemerdekaan itu mengandung beberapa aspek:
Dari sudut Ilmu Hukum, maka
proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah
menghapuskan tata hukum kolonial untuk pada saat itu juga digantikan dengan
tata hukum nasional (Indonesia).
Dari sudut politik-ideologis,
maka proklamasi atau pernyataan yang berisikan keputusan bangsa Indonesia telah
berhasil melepaskan diri dari segala belenggu penjajahan dan sekaligus
membangun perumahan baru, yaitu perumahan Negara Proklamasi Republik Indonesia
yang bebas, merdeka dan berdaulat penuh.
Proklamasi Kemerdekaan ialah
suatu alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh
dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk
menggenggam seluruh hak kemerdekaan yang meliputi bangsa, tanah air,
pemerintahan dan kebahagiaan rakyat.
Proklamasi sebagai dasar untuk
meruntuhkan segala hal yang mendukung kolonialisme, imperialisme dan selain itu
proklamasi adalah dasar untuk membangun segala hal yang berhubungan langsung
dengan kemerdekaan nasional.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 juga dapat dipandang sebagai puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam
mencapai kemerdekaannya. Perjuangan rakyat tersebut telah mengorbankan harta
benda, darah dan jiwa yang berlangsung sudah sejak berabad-abad lamanya untuk
membangun persatuan dan kesatuan serta merebut kemerdekaan bangsa dari tangan
penjajah.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 bertujuan untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia. Agar kita bahagia,
antara lain harus ada kesamaan diantara kita semua meliputi berbagai bidang
misalnya bidang ideologi, bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum, bidang
sastra kebudayaan, pendidikan dan lain-lain. Dengan berhasil diproklamirkannya
kemerdekaan, maka bangsa dan negara Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan
negara yang merdeka, baik secara de fakto maupun secara de yure.
G. DUKUNGAN DAERAH TERHADAP
PEMBENTUKAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN REPUBLIK INDONESIA.
Proklamasi Kemerdekaan telah
dibentuk negara Republik Indonesia. Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh
PPKI dalam rangka untuk menyempurnakan Indonesia sebagai negara dengan
pemerintahan yang sah yaitu:
Pertama, pada tanggal 18 Agustus
1945
1). Mengesahkan dan menetapkan
Undang-Undang dasar Republik Indonesia yang kemudian dikenal sebagai
Undang-Undang Dasar 1945.
2). Memilih Ir. Soekarno sebagai
Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden.
3). Pembentukan Komite Nasional
Indonesia Pusat sebagai lembaga legislatifnya.
Kedua, tanggal 19 Agustus 1945
1). Pembagian wilayah Indonesia
menjadi, terdiri atas 8 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil, dan Sumatra.
2). Pembentukan Komite Nasional
Indonesia di daerah.
3). Membentuk 13 kementrian
yaitu; Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen Kehakiman,
Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan, Departemen
Pengajaran,Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen Pertahanan,
Departemen Perhubungan, dan Departemen Pekerjaan Umum.
Ketiga, tanggal 22 Agustus 1945
1). Pembentukan Komite Nasional.
2). Pembentukan Partai nasional
Indonesia,dan
3). Pembentukan Badan Keamanan
Rakyat.
Kemerdekaan yang diproklamirkan
tersebut ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah. Respon
penting yang perlu mendapat perhatian adalah dari Yogyakarta. Pada tanggal 5
September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyatakan Negeri Ngayogyokarto
Hadidingrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negera
Republik Indonesia. Penyambutan kemerdekaan terus terjadi, pada tanggal 19
September 1945 terjadi dua peristiwa penting di tanah air secara bersamaan. Di
Surabaya terjadi peristiwa yang dikenal dengan nama Insiden Bendera di Hotel
Oranye yaitu perobekan bendera tiga warna
(merah, putih, dan biru) milik
Belanda menjadi dua warna (merah putih). Di Jakarta terjadi rapat raksasa di
Lapangan IKADA (Ikatan Atletik Djakarta) untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan
. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah, maka Presiden Soekarno
berkata;
”Percayalah rakyat kepada
pemerintah Republik Indonesia. Kalau memang saudara-saudara percaya kepada pemerintah
Republik yang akan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan itu, walaupun dada
kami akan dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan. Maka berilah
kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan
tunduk kepada disiplin”.
Di Yogyakarta, perebutan
kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pagi semua
pegawai instansi pemerintahan dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh
Jepang mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar menyerahkan
kantormereka kepada orang Indonesia.
SUMBER:
Oleh : 1. Ahza
Arzanul Haq (01)
2. Migrananto Ridho Nugroho (19)
3. Muhammad Irfaan Yolanda (22)
4. Sri Agung Wisnu Wardhani (30)
4. Sri Agung Wisnu Wardhani (30)
8x , 9x , 10x BONUS WIN BERUNTUN
BalasHapusSyarat dan ketentuan :
♣ Promoo ini hanya bagi member bolavita yang mendapatkan kemenangan 8x-10x berturut-turut tanpa kalah
♣ Minimal bet untuk setiap pertandingan adalah Rp 20.000 untuk hadiah bonus 8x win
♣ Minimal bet untuk setiap pertandingan adalah Rp 50.000 untuk hadiah bonus 9x & 10x win
♣ Bebas pada arena maupun
♣ Tidak boleh ada draw ataupun kalah
♣ Claim bonus harus dilakukan pada hari yang sama
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami via livechat ataupun :
✔ WA / TELEGRAM : +6281297392623